Sebagai seorang profesional, guru pasti berorganisasi atau berserikat. Serikat terkecilnya berada di sekolah, dipimpin oleh kepala sekolah. Berikutnya, kemudian ia menjadi anggota KKG atau MGMP, terutama jika serikat ini cukup eksis di wilayahnya. Di luar ini, bisa saja ia menjadi anggota salah satu atau bahkan beberapa serikat guru sekaligus. Serikat guru ini menjadikan guru lebih kuat, berlipat-lipat, daripada saat ia sendiri.
Serikat guru banyak rupa dan ragamnya. Ada yang bersifat cair dan kultural, ada pula yang sangat formal dan berbadan hukum dengan aturan main yang ketat. Ada yang menasbihkan diri sebagai organisasi profesi, agar sesuai dengan makna organisasi guru dalam UU Guru dan Dosen. Namun, ada pula yang memang tidak meniatkan diri sebagai organisasi profesi sejak pembentukannya. Ada yang berbasis kesamaan keminatan keilmuan, ada pula yang berbasis kesamaan organisasi keagamaan, yayasan yang menaungi, model sekolah, “franchise”, atau kesamaan lainnya seperti lahir dari sebuah kegiatan pelatihan keguruan atau lembaga diklat atau “think tank” guru. Ada yang diinisiasi dan dikelola nonguru dalam artian seperti pejabat pendidikan, tokoh pemerhati pendidikan, atau dosen. Ada juga yang kelahirannya hingga struktur tertingginya benar-benar dari akar rumput alias guru asli.
Guru bebas memilih, bahkan termasuk memilih untuk tidak memilih. Semua memiliki plus dan minusnya masing-masing. Dijamin, tidak ada yang sempurna. Akan tetapi, karena konstitusi negara menjamin hak setiap warga negara, termasuk guru, untuk berserikat dan berkumpul, maka memilih untuk berserikat, menurut hemat kami, adalah pilihan yang terbaik.
Maka, izinkan kami mengenalkan diri. Menyeruak di antara serikat-serikat guru yang telah lebih dahulu ada berbakti untuk negeri. Izinkan kami untuk menjadi salah satu pilihan guru berserikat dan mitra sinergi dari organisasi guru.
Kami serikat guru yang lahir dari akar rumput, “bottom-up”, alias dari bawah. Lintas jenjang, lintas ilmu, lintas sekolah, lintas agama, yang disatukan oleh kegelisahan yang sama. Berangkat dari garis “start” yang sama, sebagai guru yang butuh. Butuh ilmu dan hikmah, dari untuk dan oleh guru, melalui usaha mandiri dan bersama-sama untuk menuntaskan dahaganya. Susah senang dilalui bersama. Bersama-sama belajar filosofi pendidikan, metode dan model pembelajaran, media pembelajaran dan alat peraga, inovasi dan karya ilmiah, dan semua hal yang guru butuhkan.
Dengan menggunakan teknologi dan akses internet sebagai sarana belajarnya, untuk memangkas jarak, ruang, waktu, dan biaya, kami mengundang rekan-rekan seperjuangan untuk bergabung. Tentu, kami juga tetap membuka diri terhadap bergabungnya mitra-mitra guru, yaitu para aktivis, pegiat, dan pemerhati pendidikan, baik formal, nonformal, maupun vokasional.
Dalam waktu dekat, satu-dua bulan ini, kami akan meluncurkan diri. Namanya, KOMUNITAS VIRTUAL KOORDINATOR INDONESIA (VIRTUAL COORDINATOR INDONESIA COMMUNITY). Secara historis, ada peran penting dari SEAMEO-SEAMOLEC di sini, yang telah membuka mata dan hati kami untuk terus berkarya dan tak pelit berbagi kepada guru-guru se-Indonesia. Bekerja dengan hati, itulah motto kami. Mohon doa restu dan dukungannya, agar dapat menjadi kekuatan baru yang turut mengangkat derajat dunia pendididikan tanah air. Serikat ini diinisiasi di LPMP Jateng pada 13 Juli 2019 melalui sebuah seminar pendidikan dan mendapat legalitas per 29 November 2019 melalui SK Menkumham yang resmi terbit pada 6 Januari 2020. Saat ini telah menjangkau hampir semua provinsi yang ada.
Salam,
Doni Riadi
Sekum KKVI
Komunitas KVI | Proudly powered by VCIC